Cuaca panas ekstrem menjadi tantangan utama di beberapa seri Cooling System F1 2025 seperti Qatar, Bahrain, dan Hungaroring. Sistem pendinginan yang efektif menjadi kunci untuk menjaga mesin, ban, dan komponen hybrid tetap optimal sepanjang balapan.
. Di suhu lintasan yang bisa mencapai 50Β°C, cooling system mobil bukan hanya soal menjaga mesin tetap hidup, tapi juga memastikan ban, rem, dan komponen hybrid tetap bekerja optimal.
Musim ini, perbedaan desain sistem pendinginan membuat beberapa tim bisa tampil konsisten, sementara yang lain kesulitan di race bersuhu tinggi.
Kenapa Cooling System Jadi Penentu di 2025?
- Regulasi Aerodinamika Ground Effect membatasi bukaan bodywork β pendinginan jadi tricky
- Komponen Hybrid (MGU-K, MGU-H) sangat sensitif terhadap suhu berlebih
- Ban lebih mudah overheat saat aliran udara panas terperangkap di bodywork
π Efeknya: Suhu tinggi = degradasi ban lebih cepat, risiko mesin kehilangan power, dan potensi DNF meningkat.
1. Red Bull β Cooling System F1 2025 Paling Efisien
- Paket sidepod ramping dengan saluran udara internal
- Radiator ditempatkan untuk optimalkan airflow tanpa drag besar
- Verstappen dan PΓ©rez jarang alami overheating di trek panas
Highlight: GP Qatar β Verstappen mempertahankan pace stabil walau suhu lintasan >48Β°C.
2. McLaren β Pendinginan Ban Paling Efektif
- Desain brake duct membantu menjaga suhu ban tetap di window optimal
- Sistem pendinginan tidak terlalu besar, tapi efisien untuk menjaga temperatur ban belakang
- Norris dan Piastri jarang mengalami βthermal cliffβ di stint panjang
Highlight: GP Bahrain β McLaren mampu memaksimalkan strategi 1-stop berkat kontrol suhu.
3. Mercedes β Stabil di Mesin, Ban Masih Tantangan
- Pendinginan mesin sangat baik, terutama untuk komponen hybrid
- Namun, ban belakang masih mudah overheat di sektor lambat
- Antonelli sering mengatur pace untuk menjaga suhu ban tetap aman
Highlight: GP Hungaroring β minim penurunan performa mesin meski suhu udara >35Β°C.
4. Ferrari β Agresif tapi Rentan Overheat
- SF-25 punya airflow besar, tapi drag tinggi membuat efisiensi menurun di trek cepat
- Leclerc sering alami overheating di long run, memaksa pit lebih awal
- Performa qualifying kuat, tapi race pace drop di suhu ekstrem
Highlight: GP Monza β meski kencang di straight, butuh lifting di sektor akhir untuk jaga suhu.
5. Aston Martin β Paling Sulit di Cuaca Panas
- AMR25 kesulitan mengatur temperatur rem dan ban sekaligus
- Aero package lebih fokus ke downforce, mengorbankan cooling
- Alonso harus sering lakukan lift-and-coast di race panas
Teknologi & Strategi Pendinginan yang Digunakan Tim
β
Airflow Management β Mengarahkan udara ke radiator & brake duct tanpa ganggu aero
β
Brake Cooling Variable β Membuka/menutup duct tergantung kondisi
β
Engine Mode Thermal Control β Mengatur tenaga untuk mencegah overheating
β
Lift-and-Coast β Hemat bahan bakar sekaligus menurunkan suhu komponen
Kesimpulan: Siapa Paling Tangguh?
- Red Bull: Terbaik di keseimbangan pendinginan & aero
- McLaren: Fokus pada suhu ban β stabil di stint panjang
- Mercedes: Mesin aman, ban butuh perbaikan
- Ferrari: Cepat tapi tidak ramah suhu panas
- Aston Martin: Perlu pembaruan cooling package besar
Musim 2025 menunjukkan bahwa cooling system bukan hanya soal komponen, tapi integrasi penuh dengan aero dan strategi balapan.
Baca juga:
π Strategi Ban F1 2025: Siapa Paling Stabil di Sirkuit Panas?
π Setup Aero F1: High-Downforce vs Low-Drag, Siapa Unggul?
Sumber Referensi: