Musim Formula 1 2025 menjadi ujian terbesar bagi Aston Martin F1. Setelah tampil menjanjikan pada 2023 dan 2024, ekspektasi tinggi kembali dipasang pada skuad hijau asal Silverstone ini. Namun, paruh pertama musim menunjukkan kenyataan berbeda — mereka kembali terjebak di kelas midfield yang kompetitif.
Lalu, apakah Aston Martin masih bisa mengejar ambisi mereka untuk bersaing di papan atas, atau harus menerima realita sebagai tim penengah?
Ambisi Besar yang Tak Sepenuhnya Terwujud
Sejak masuk kembali ke F1, Aston Martin mengusung misi besar: menantang Red Bull dan Ferrari di jalur juara konstruktor.
Namun, 2025 menjadi musim yang lebih rumit. Meski mobil AMR25 memiliki potensi kuat di atas kertas, performanya belum cukup stabil.
📉 Hasil paruh musim:
- Poin total: 118 (peringkat ke-6 konstruktor)
- Podium: 0
- Finis Top 6: 5 kali
- DNF: 3
Masalah utama: performa mobil sangat bergantung pada kondisi lintasan — cepat di sirkuit teknikal seperti Monaco, tapi kehilangan grip di trek cepat seperti Monza.
Paket Mobil AMR25: Stabil Tapi Kurang Tajam
Kelebihan:
- Punya mekanikal grip kuat di tikungan lambat
- Mesin Mercedes masih efisien di race jarak panjang
- Konsumsi bahan bakar dan manajemen ban tergolong baik
Kekurangan:
- Aerodinamika kurang efisien → drag terlalu tinggi
- Kurang stabil di kecepatan tinggi → kehilangan 0.4 detik/lap dibanding McLaren
- Masih kesulitan menyeimbangkan suhu ban depan dan belakang
“Kami sudah memperbaiki mobil, tapi belum menemukan sweet spot di setup,” ujar Fernando Alonso usai GP Austria.
Duo Pembalap: Pengalaman vs Inkonstistensi
| Pembalap | Kekuatan | Kelemahan | Catatan |
|---|---|---|---|
| Fernando Alonso | Konsisten & ahli strategi | Mobil tidak mendukung gaya balapnya | Finis rata-rata P8 |
| Lance Stroll | Cepat di sesi awal | Rentan kehilangan fokus di race panjang | Finis rata-rata P12 |
Alonso tetap menjadi tumpuan utama tim, namun performa Stroll yang naik turun membuat Aston Martin sulit mengumpulkan poin besar secara kolektif.
Akibatnya, mereka lebih sering bersaing dengan Alpine dan RB daripada Ferrari atau McLaren.
Persaingan Midfield yang Semakin Ketat
Musim 2025 menghadirkan kompetisi sengit di zona tengah konstruktor.
| Tim Midfield | Poin | Kekuatan Utama |
|---|---|---|
| McLaren | 354 | Aero & race pace konsisten |
| Ferrari | 337 | Power unit dan strategi pit |
| Alpine | 132 | Stabil di lintasan teknikal |
| Aston Martin | 118 | Grip bagus di slow corner, tapi lemah di high-speed sector |
Sementara itu, RB dan Haas juga mulai mengejar berkat pengembangan aero baru, membuat posisi Aston Martin di klasemen tidak lagi aman.
Strategi Tim: Antara Realita dan Harapan
Aston Martin sudah menyiapkan update besar untuk paruh kedua musim:
- Rear Wing & Diffuser Baru → diharapkan kurangi drag 3–4%
- Upgrade Cooling System → menjaga performa mesin di trek panas
- Setup Ban Fleksibel → meningkatkan adaptasi di lintasan cepat
Meskipun begitu, efektivitas upgrade baru ini akan sangat bergantung pada data yang dikumpulkan Alonso dan Stroll di GP Hungaroring & Spa.
Prediksi Paruh Kedua: Bisa Bangkit, Tapi Butuh Konsistensi
- Jika upgrade aero berhasil → potensi finis top 5 konstruktor terbuka
- Jika tidak → kemungkinan bertahan di posisi 6–7 besar
Aston Martin masih punya potensi besar, namun mereka butuh konsistensi dan strategi pengembangan yang lebih agresif.
Tim ini tidak kekurangan ambisi, tapi butuh waktu lebih lama untuk menutup celah performa dari Red Bull, McLaren, dan Ferrari.
Kesimpulan: Antara Ambisi dan Realita
Aston Martin tetap menjadi salah satu proyek paling menjanjikan di F1 modern.
- Ambisinya jelas: menjadi tim elite.
- Tantangannya juga besar: stabilitas performa dan efisiensi aero.
Selama mereka terus berinvestasi dalam teknologi dan mengoptimalkan data dari Alonso, masa depan mereka masih cerah. Tapi untuk musim F1 2025, realitanya masih sama — tim ini masih harus berjuang keras di kelas midfield.





















































